Kenapa Menjadi Jujur dan Melayani Sering Menyakitkan?



Ini bukan mengeluh atau kiasan tapi fakta yang sudah banyak terjadi. Banyak orang yang baik hati, memiliki sikap yang terpuji biasanya memiliki perilaku yang baik pula.
Mereka melayani, senyum, rendah hati dan memberikan dirinya membuat hati orang lain merasa senang.

Sayangnya, tidak semua niat baik dibalas dengan hal baik pula. Dicaci, dibenci, dianggap mencari muka hingga dibalas dengan kebaikan bersyarat biasanya adalah makanan orang baik. Tidak terkecuali orang yang berada disekitar kita.

Hari ini saya, mengalami sendiri. Dalam diri saya yang sebenarnya bersifat sanguinis plegmatis, merasa ingin melayani dan memberikan yang terbaik bagi yang saya kenal. Apapun itu saya lakukan. Peristiwa dikecewakan, tidak dianggap juga saya temui. Sering bahkan. Hmmm.. Ada pertanyaan dalam diri saya pribadi, apa iya ini hanya ujian saja dari Yang Maha Kuasa atau memang saya dipertemukan dengan orang yang "menyebalkan" ?

Saya adalah tipe yang susah move on, jujur saja rasa diabaikan bagi saya sangat tidak enak. Seakan-akan saya ibarat debu yang ditiup angin saja. Oh iya tadi siang saya dipermainkan dengan kebaikan bersyarat yang menurut saya sebenarnya tidak perlu dilakukan oleh senior diatas saya ketika akan memberikan sesuatu.

Tapi... Hmmm

Saya seperti berat mau berbagi cerita ini. Sudah hampir satu tahun belakang sifat banyak bicara saya kurangi. Cenderung pendiam dan menjauhi konflik yang tentunya berbeda dengan ciri sanguinis. 

Cukup sampai disini dulu ya. Oh iya, Jalan Daendels bla bla bla versi 2 sudah setengah jalan. Tunggu terbit ya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini